Guru Besar Unair Beberkan Senyawa Antikanker dan Dengue 3 Jenis Tanaman Ini

Riset dan penemuan senyawa tanaman untuk obat antikanker dan DBD telah mengantar Alfinda Novi Kristanti ke pengukuhan dirinya sebagai guru besar bidang kimia di Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.

Pengukuhan telah dilakukan pada Kamis, 2 Maret 2023, lalu bersama empat guru besar baru Unair lainnya dari dua bidang yang berbeda, yakni farmasi dan kedokteran hewan.

Dalam penjelasan yang diberikannya, Alfinda mengungkap senyawa obat yang terdapat di tanaman gaharu (Aquilaria microcarpa), gambir (Uncaria), dan sambung nyawa (Gynura procumbens).

Dua yang pertama ditemukannya berpotensi sebagai antikanker, sedang yang terakhir antidengue.

Berikut penuturannya terhadap masing-masing jenis tanaman tersebut, Macam Pengobatan Psoriasis, Tergantung Keparahan Pada spesies tanaman ini ada kandungan chromone yang mirip dengan senyawa golongan 2-styrylchromone.

Menurut Alfinda, kesediaan senyawa ini sangat jarang sehingga harus dilakukan sintesis organik.

Dari sintesis dengan variasi struktur benzaldehid, Alfinda menemukan sembilan senyawa golongan 2-styrylchrome.

Senyawa ini lalu diuji secara in silico melalui docking experiment menggunakan protein sebagai target obat pengembangan kemoterapi kanker.

5 PTN Buka Seleksi Mandiri Pakai Nilai UTBK, Simak Jadwalnya “Rangkaian penelitian ini menjadi contoh bagaimana alam telah memberikan ide struktur senyawa untuk dapat dilakukan sintesis senyawa dengan potensi yang lebih baik,” kata dosen departemen kimia itu.

Komponen utama gambir yaitu catechin merupakan senyawa golongan flavonoid.

Dari hasil isolasi ditunjukkan, satu kilogram gambir mengandung kadar catechin sebesar 18 gram dengan tingkat kemurnian 90 persen.

Menurut Alfinda, senyawa catechin dapat bertindak sebagai antikanker, antiviral, antimikroba, bahkan aktivitas antioksidannya jauh lebih besar dibandingkan dengan vitamin C.

“Hal ini secara tidak langsung dapat mencegah potensi terjadinya kanker,” ujarnya.

Alfinda menyatakan, riset senyawa aktif antidengue dari sambung nyawa telah dimanfaatkan sebagai pengobatan.

Bagian akar Gynura procumbens ditemukannya jauh lebih aktif dibandingkan daun, namun kelemahannya pemanfaatan akar tersebut harus mencabut seluruh tanaman.

Ia kemudian mendasarkan pada peningkatan biomassa dan kandungan metabolit menggunakan kultur akar adventif tanaman.

Selain itu, dilakukan pengembangan potensi tanaman menggunakan nanoteknologi berupa nanokapsul ekstrak tanaman yang dapat meningkatkan aktivitas anti-dengue dan menurunkan toksisitas.

Alfinda menuturkan komunikasi kimiawi tanaman memberikan dampak positif bagi manusia dengan dihasilkannya senyawa metabolit sekunder.

Diikuti perkembangan ilmu sintesis organik, khususnya nanoteknologi terbukti mampu meningkatkan potensi tanaman obat sebagai bahan baku obat.

“Oleh karena itu, riset tentang pemanfaatan senyawa metabolit sekunder pada tanaman sangat penting untuk mendukung pembangunan ekosistem kemandirian obat di Indonesia,” kata dia.

Pilihan Editor: Gagal Tes Tekanan, Pesawat Kargo Militer Baru Rusia Meledak di Hanggar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *