Yayasan Guru Belajar: Semua Aktor Pendidikan Harus Ambil Peran untuk Majukan Pendidikan

Yayasan Guru Belajar (YGB), lembaga philanthropic intermediary atau perantara filantropi yang memberdayakan pendidik mengadakan media gathering dan pelatihan publikasi Merdeka Belajar pada Kamis, 16 Maret 2023.

Hadir sebagai narasumber pendiri yayasan Najelaa Shihab dan ketua yayasan Bukik Setiawan.

Najelaa dan Bukik berbagi perspektif tentang perubahan yang dibutuhkan di bidang pendidikan.

Menurut Najelaa, langkah selanjutnya dalam perubahan pendidikan harus kembali kepada filosofi paling dasar, yaitu berpusat kepada murid sebagai subyek pendidikan.

Ia juga mengatakan bahwa pendidikan harus selalu kontekstual dan relevan.

Mengapa Wisuda Harus Memakai Toga dan Jubah? Ia menyatakan bahwa pada kenyataannya, bersepakat terhadap tujuan pendidikan merupakan hal sulit, karena semua orang punya pandangan berbeda tentang apa yang dibutuhkan.

YGB, kata Najelaa, meyakini bahwa kemerdekaan belajar menjadi kompetensi utama serta fondasi untuk kesiapan masa depan dan tujuan pendidikan.

“Tujuan pendidikan itu selalu kolektif, selalu ke ekosistem.

Itu juga salah satu hambatan, karena kalau bicara tujuan sering kali bicara tujuan individu.

Kita lupa bahwa pendidikan tidak pernah soal orang-perorang,” ujar Najeela.

Bukik juga menekankan bahwa cara berpikir individualis memang menjadi hambatan di perubahan pendidikan saat ini.

Ia menyampaikan temuan riset bahwa melibatkan orang tua murid dan masyarakat dalam percakapan di sekolah dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Terkini: BPKP Mulai Audit Waskita Karya dan Wijaya Karya, Kemenkeu Sebut Negara Bisa Saja Tak Berutang Asal….

Ia juga menggarisbawahi perbedaan perspektif pendidikan di daerah non-kota dibandingkan dengan kota yang cenderung individualis.

“Soal keberhasilan pendidikan tidak semata-mata diukur dari ukuran yang didefinisikan oleh sejumlah orang di Jakarta.

Tapi itu juga perlu dibicarakan dan disepakati di antara pemangku kepentingan di sekolah daerah,” katanya.

Najelaa dan Bukik sepakat bahwa semua aktor pendidikan harus ambil peran dalam memajukan pendidikan.

Alih-alih hanya mengharapkan perubahan dari pemerintah, penggiat pendidikan, penggerak komunitas, guru, dan orang tua murid dapat membawa perubahan dengan praktik baik dalam sistem pendidikan.

“Penggerak punya paradigma yang berbeda, dan penggerak memengaruhi ekosistem untuk kemudian menggerakkan perubahan paradigma dengan contoh yang nyata di perubahan praktik,” terang Najelaa.

Untuk melatih guru, kata Bukik, pemerintah tidak bisa jadi satu-satunya aktor yang berdaya.

Maka dari itu, menurut dia, dibutuhkan komunitas dan para penggerak sehingga guru-guru tidak harus tergantung pada pelatihan yang tersedia.

Baginya, dengan sistem gotong royong di bidang pendidikan bukan berarti menghilangkan tanggung jawab pemerintah, melainkan perlu agar tidak menaruh harapan pada satu pihak saja.

Selain guru dan aktor-aktor pendidikan, Bukik juga mengatakan bahwa media massa memiliki peran dalam perubahan pendidikan.

“Tantangan buat media massa adalah bagaimana bisa menampilkan lebih banyak penggerak-penggerak perubahan yang berjuang di akar rumput, agar masyarakat juga aware akan sumber-sumber pengetahuan,” ungkapnya.

Pilihan Editor: Kisah Putri Zulzali dari Dibully hingga Menjadi Guru Penggerak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *